Wednesday, December 30, 2009

Sumber kesalahan berbahasa Indonesia

Sumber kesalahan Berbahasa



Pernahkah terpikirkan di benak Anda mengapa murid Anda berbuat kesalahan pada waktu berbicara atau menulis? Apakah kesalahan itu disebabkan oleh strategi kognitif siswa atau disebabkan oleh gaya belajar siswa, atau mungkin disebabkan oleh variabel yang lain, misalnya, kepribadian siswa?

Pada tahap awal, Anda sebagai guru mungkin hanya dapat menebak-nebak penyebab kesalahan berbahasa siswa Anda. Untuk dapat menjawabnya dengan tepat, Anda mungkin harus mengumpulkan data kesalahan berbahasa siswa Anda, baik dari data lisan maupun dari data tertulis. Dengan data tersebut, Anda dapat mengidentifikasi sumber kesalahan berbahasa Indonesia siswa Anda. Ujungnya Anda dapat menarik simpulan tentang dugaan sementara bagaimana aspek kognitif dan afektif siswa berhubungan dengan sistem kebahasaan. Anda juga dapat merumuskan proses belajar bahasa bagi siswa, khususnya bagi mereka yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua.

Melacak sumber kesalahan berbahasa sebenarnya bukan tugas yang ringan. Sesungguhnya ada ratusan sumber kesalahan berbahasa. Tetapi, Anda tidak harus mengidentifikasi ratusan sumber kesalahan berbahasa tersebut karena Anda dapat merangkum sumber kesalahan berbahasa tersebut dalam garis besarnya saja. Gambaran kasar tentang sumber kesalahan berbahasa itu benar-benar merupakan faktor yang signifikan bagi guru untuk memahami sistem pembelaja-ran bahasa siswa. Artinya, dengan mengetahui gejala-gejala yang muncul dalam bentuk kesalahan berbahasa, Anda dapat menyimpulkan bagaimana sebenarnya anak-anak itu belajar bahasa (Dulay, dkk., 1982). Misalnya, Anda akan mengetahui bahwa kata-kata yang mengandung makna leksikal akan dikuasai lebih dulu oleh anak daripada kata-kata yang mempunyai makna gramatikal. Kata daripada, karena, dengan, bahwa, maka, oleh, dan sebagainya merupakan kata-kata yang mengandung makna gramatikal. Kata-kata semacam itu tidak mengandung makna leksikal. Apa makna leksikal kata-kata itu? Maknanya tidak ada. Anda ambil saja kata daripada. Apa maknanya? Kata itu hanya mempunyai makna dalam konteks gramatikal. Maknanya dalam konteks gramatikal ialah ‘untuk menyatakan perbandingan’. Kata-kata semacam itu baru memperoleh maknanya dalam proses tata bahasa. Kata-kata semacam itu ternyata sulit dikuasai oleh pembelajar bahasa. Demikian juga kata-kata yang disebut sebagai deiksis, yakni kata yang rujukannya berubah-ubah sesuai dengan pembicara dan konteksnya (Purwo, 1985), ternyata juga sulit dikuasai anak. Kata-kata semacam itu ialah saya, aku, engkau, kamu, mereka, di sini, di sana, di situ, sekarang, besok, nanti, rujukannya berubah-ubah. Ambillah sebagai contoh kata saya. Siapakah saya itu? Kata saya rujukannya berubah-ubah bergantung pada siapa yang berbicara. Jika kata itu digunakan oleh Ali, maka saya itu mengacu pada Ali. Tetapi, apabila kata itu digunakan oleh Umar, saya itu mengacu pada Umar. Kata saya dapat mengacu pada Ali, Umar, dan bahkan pada siapa saja yang menggunakan kata itu.

Berdasarkan gambaran kasar tentang sumber kesalahan berbahasa itu dapat dilihat bahwa sumber kesalahan berbahasa itu meliputi (1) transfer interlingual dan (2) transfer intralingual (cf. Brown, 1980). Berikut ini Anda akan mempelajari tiap-tiap sumber kesalahan berbahasa tersebut.

Transfer Interlingual

Tahap awal pembelajaran bahasa lazimnya ditandai oleh transfer interlingual, yakni pemindahan unsur-unsur bahasa pertama atau bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau bahasa yang sedang dipelajari siswa. Misalnya, murid Anda adalah seorang anak yang berbahasa ibu bahasa Jawa. Pada tahap awal pembelajaran anak itu akan tampak masuknya unsur-unsur bahasa pertamanya, yaitu bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Artinya, ketika anak itu berbicara atau menulis dalam bahasa Indonesia, akan terdapat unsur-unsur bahasa Jawa yang digunakan dalam tuturan atau tulisannya. Misalnya, pada saat berbicara, tampak dengan jelas masuknya unsur intonasi bahasa Jawa ketika anak itu berbahasa Indonesia. Bahkan mungkin juga tampak jelas masuknya unsur tata bentuk, tata kalimat, bahkan unsur leksikal bahasa pertama ke dalam bahasa Indonesia. Mengapa hal itu terjadi? Pada tahap awal itu, sebelum sistem bahasa kedua, yakni sistem bahasa Indonesia dikuasai dengan baik oleh si anak, hanya bahasa pertamalah yang ada dalam benak pembelajar. Sistem yang sudah akrab itu digunakannya untuk membantu memperlancar proses komunikasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sumber kesalahan berbahasa anak dapat disebabkan oleh masuknya unsur-unsur bahasa pertama atau bahasa ibu ke dalam bahasa kedua, yakni bahasa Indonesia. Kesalahan berbahasa anak dapat dilacak dari bahasa pertama anak yang belajar bahasa Indonesia.

Contoh-contoh transfer dari bahasa Jawa, bahasa Batak, dan bahasa Bali berikut ini akan dapat memberikan gambaran tentang transfer interlingual tersebut.

Transfer dari Bahasa Jawa

Ayah pergi ke sawah mencari dhadhuk.

Kata dhadhuk adalah kosakata bahasa Jawa yang ditransfer ke dalam bahasa Indonesia. Anak mengalami kesulitan untuk menyebutkan kata itu dalam bahasa Indonesia karena dalam bahasa Indonesia padanan yang cocok untuk kata itu tidak ada. Lazimnya kata itu harus dikatakan sebagai daun tebu yang sudah kering. Tidak ada padanan satu lawan satu kata dhadhuk dalam bahasa Indonesia. Bandingkan, misalnya, kata klambi, pitik, manuk, dan sebagainya yang mempunyai padanan satu lawan satu dalam bahasa Indonesia, yakni baju, ayam, burung. Karena terdapat perbedaan antara kosakata bahasa Indonesia dengan kosakata bahasa Jawa tersebut, si anak cenderung memindahkan begitu saja kosakata bahasa Jawa itu ke dalam tuturan bahasa Indonesianya. Muncullah juga kata dhadhuk dalam bahasa Indonesia

Transfer dari Bahasa Batak

Yang sering terjadi transfer dari bahasa Batak itu adalah dalam ragam lisan.

Anak-anak yang berbahasa pertama bahasa Batak cenderung untuk melafalkan e lemah seperti pada /kera/ menjadi /e/ keras seperti pada kata /sate/. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila anak-anak yang berbahasa pertama bahasa Batak akan melafalkan kata-kata di bawah ini sebagai berikut.











Seharusnya huruf pada kata-kata tersebut di atas dilafalkan sebagai /e/ lemah. dan tidak sebagai /e/ keras.

Transfer dari Bahasa Bali

Dalam ragam lisan siswa dari Bali cenderung untuk mentransfer bunyi [th] Bali ke dalam bahasa Indonesia. Perhatikan anak-anak Bali melafalkan kata-kata berikut

mi.











[pasthi]

[thenthu]

[athur]

[theman]

[thelah]

Bahasa Indonesia hanya mengenal bunyi [t] dan tidak mengenal bunyi [th]. Tetapi, sebaliknya, bahasa Bali hanya mengenal bunyi [th] dan tidak mengenal bunyi [t].



Transfer Intralingual

Sumber kesalahan berbahasa dapat dilacak dari sistem bahasa kedua yang dipelajari oleh siswa. Jika siswa itu belajar bahasa Indonesia, sumber kesalahan berbahasanya dapat dilacak dari sistem atau kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia itu sendiri. Kaidah itu dapat meliputi kaidah tata bunyi, tata bentuk, tata kalimat, kaidah leksikal, bahkan kaidah semantik. Berdasarkan hasil penelitian, tampak bahwa sumber kesalahan ini merupakan sumber kesalahan terbesar. Bahasa pertama atau bahasa ibu yang sering dituduh sebagai sumber kesalahan terbesar berbahasa kedua itu ternyata hanya menjadi faktor penyebab yang kecil saja, yakni kira-kira 13 persen; sedangkan selebihnya adalah sumber dari sistem bahasa kedua itu sendiri (Dulay, 1982).

Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi karena transfer intralingual itu di antaranya sebagai berikut.

Penghilangan Morfem-morfem Gramatikal

Termasuk ke dalam morfem gramatikal yang sering dihilangkan ialah:

(1) Penghilangan awalan me- dan her- dalam bentuk-bentuk bahasa Indonesia.
Contoh:

Saya suka nonton sepak bola. Kakak saya kuliah di FKIP. Sekarang ia tidak kerja lagi. Kalau demikian, ia tidak jalan. Presiden resrnikan pabrik baru.

Bentuk-bentuk nonton, kuliah, kerja, jalan, resrnikan merupakan bentuk yang kehilangan morfem gramatikal, yakni kehilangan awalan me- pada nonton, resrnikan dan kehilangan awalan ber- pada bentuk kuliah, kerja, jalan. Seharusnya bentuk-bentuk itu menjadi menonton, berkuliah, bekerja, berjalan, meresmikan.

(2) Penghilangan akhiran -kan.

Contoh:

Saya mengajar bahasa Indonesia.

Orang itu paling suka memberi nasihat.

Saya tidak biasa memberi keterangan semacam itu.

Ada penghilangan akhiran -kan pada bentuk mengajar dan memberi pada contoh-contoh di atas. Seharusnya bentuknya adalah mengajarkan bahasa Indonesia, memberikan nasihat, dan memberikan keterangan.

(3) Penghilangan partikel.

Sesuai pendapat saya, hal itu dapat diterima. la pergi Surabaya.

Bapak ada rumah.

Ada partikel yang dihilangkan pada contoh di atas, yakni partikel dengan, ke, dan di pada bentuk sesuai pendapat, pergi Surabaya, dan ada rumah. Seharusnya bentuk tersebut adalah sesuai dengan pendapat, pergi ke Surabaya, dan ada di rumah.

Penandaan Ganda atau Penggunaan Unsur Secara Berlebihan Termasuk ke dalam bentuk ini di antaranya ialah:

(1) Penggunaan gaya bahasa tautologi, yakni penggunaan kata yang sama atau mirip maknanya secara bersamaan. Contoh:

Jumlah orang yang hadir berjumlah 30 orang. Demi untuk pacarnya ia rela berkorban harta dan jiwa. Agar supaya berhasil ia bekerja keras. Pancasila adalah merupakan dasar negara. Sejak dari kecil ia sakit-sakitan.

Pada tiap-tiap kalimat di atas terdapat kata yang mempunyai makna yang sama, yakni:

berjumlah untuk

Selayaknya penutur memilih satu bentuk untuk tiap-tiap kalimat. Jadi, kalimat tersebut akan menjadi benar apabila dibenahi menjadi seperti .ini. Jumlah orang yang hadir 30 orang. Yang hadir berjumlah 30 orang. Demi pacarnya, ia rela berkorban harta dan jiwa. Untuk pacarnya, ia rela berkorban harta dan jiwa. Agar berhasil, ia bekerja keras. Supaya berhasil, ia bekerja keras. Pancasila merupakan dasar negara. Pancasila adalah dasar negara. Sejak kecil ia sakit-sakitan. Dari kecil ia sakit-sakitan.

(2) Penggunaan gaya bahasa pleonasme Contoh: la naik ke atas. All sedang turun ke bawah. Murid yang rajin itu disuruh gurunya maju ke depan.

Kata naik sudah mengandung pengertian ‘ke atas’. Demikian juga turun, maju sudah mengandung pengertian ‘ke bawah’ dan ‘ke depan’. Oleh sebab itu, penggunaan kata ke atas, ke bawah, ke depan tidak diperlukan lagi. Kalimat itu akan menjadi baku bila dibenahi sebagai berikut. la naik. la ke atas. AH sedang turun. Ali sedang ke bawah.

Anak yang rajin itu disuruh gurunya maju. Anak yang rajin itu disuruh gurunya ke depan.

(3) Penggunaan kata dari dan daripada untuk menyatakan kepunyaan Contoh:

Ceramah daripada presiden kita menarik perhatian daripada anggota DPR. Undangan dari rektornya sangat diperhatikannya. Hasil daripada panen petani berlimpah ruah.

Bentuk genitif atau frase kepunyaan dalam bahasa Indonesia tidak perlu menggunakan bentuk daripada atau dari. Jadi, sebaiknya kalimat di atas dibenahi menjadi seperti ini. Ceramah presiden kita menarik perhatian anggota DPR.

Undangan rektornya sangat diperhatikannya. Hasil panen petani berlimpah ruah.

Kesalahan Analogi atau Generalisasi yang Berlebihan

Contoh:

la yang melola perusahaan itu sekarang.

Kita harus mengkikis habis racun-racun komunisme



Bentuk melola dan mengkikis merupakan bentuk yang salah karena analog! yang keliru. Bentuk kelola yang merupakan bentuk dasar diduga oleh pembelajar sebagai bentuk turunan yang berasal dari bentuk lola yang mendapatkan awalan ke-, seperti bentuk lain, yakni kekasih, ketua, kehendak yang memang berasal dari tua, kasih, dan hendak yang dapat dibentuk menjadi dituakan, dikasihi, hendaknya. Dengan menganalogikan bentuk-bentuk tersebut lahirlah bentuk melola. Demikian juga bentuk mengkikis merupakan analogi yang salah dari bentuk mengkaji. Jika dari kaji dapat dibentuk mengkaji, mengapa kikis tidak dapat dijadidkan mengkikis? Begitulah pola pikir pembelajar bahasa dan terjadilah kesalahan yang disebut analogi yang keliru atau generalisasi yang berlebihan.

Kesalahan Menyusun Bentuk Dalam Sebuah Konstruksi

Contoh:

la yang harus mempertanggungkan jawab pekerjaan itu.

Masalah kemacetan kredit Bimas saya ingin laporkan kepada Bapak.

Tugas itu Saudara dapat kerjakan setiap saat.

Adat-istiadat daerah kita harus perkenalkan kepada bangsa-bangsa di luar negeri

untuk menarik minat wisatawan mancanegara.

Ini malam filmnya bagus sekali.

Seminar itu diselenggarakan di Surabaya Hotel

Bentuk mempertanggungkan jawab merupakan bentuk yang salah. Jika kata majemuk mendapatkan awalan dan akhiran, maka awalan dan akhiran itu akan mempersenyawakan unsur-unsurnya. Oleh sebab itu, bentuk yang benar ialah mempertanggungjawabkan.

Kalimat yang dalam bentuk pasif persona, yakni bentuk pasif yang pelakunya kata ganti orang, urutan predikatnya adalah aspek + agen + verba (keterangan + pelaku – kata kerja). Jadi, bentuk saya ingin laporkan, Saudara dapat kerjakan, kita harus perkenalkan seharusnya diubah menjadi ingin saya laporkan, dapat Saudara kerjakan, harus kita perkenalkan.

Frase bahasa Indonesia berkaidah DM, yakni diterangkan-menerangkan. Bentuk yang diterangkan mendahului bentuk yang menerangkan. Jadi, bentuk ini malam, Surabaya Hotel tidak selaras dengan kaidah DM dan harus diubah menjadi malam ini dan Hotel Surabaya

kesalahan 26

dari pada

Menikmati sajak biasanya lebih mudah dari pada memahaminya.
-> Letak kesalahan kalimat di atas ialah pada penulisan kata depan dari pada. Menurut EyD, kata tersebut seharusnya ditulis serangkai: daripada.

Kesalahan berbahasa 25

pun

Lafalnyapun sering menyimpang dari lafal yang umum.
-> Seperti halnya kalimat di atas kesalahan kalimat ini juga terletak pada penulisannya;yaitu penulisan partikel pun. Menurut EyD, partikel pun seharusnya ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Jadi kalimat tersebut seharusnya ditulis demikian:
Lafalnya pun sering menyimpang dari lafal umum.

Kesalahan berbahasa 24

dipersilahkan

Para tamu dipersilahkan masuk.
-> Kesalahan kalimat tersebut pada penulisan kata dipersilahkan. Kata tersebut seharusnya dituliskan tanpa h: dipersilakan.

Kesalahan berbahasa 23

kata gabung

Ragam jurnalistik ini banyak digunakan dalam persurat kabaran.
-> Kesalahan kalimat tersebut terletak pada penulisan kata persurat kabaran. Memang betul, kata gabung seperti surat kabar, tanggung jawab dan sebagainnya dituliskan terpisah. Tetapi apabila kata-kata tersebut mendapat awalan dan akhiran, harus dituliskan serangkai. Jadi penulisan yang betul: persuratkabaran, pertanggungjawaban.
Contoh lain:
memberi tahu -> pemberitahuan
ambil alih -> pengambilalihan
gotong royong -> kegotongroyongasn
tidak adil -> ketidakadilan
salah guna -> disalahgunakan
jungkir balik -> dijungkirbalikkan

Kesalahan berbahasa 22

unsur kombinasi

Bahasa Melayulah yang paling banyak digunakan sebagai bahasa pengantar atau behasa perhubungan antar pulau pada waktu itu.
-> Menurtu EyD, semua kata yang salah satu unsurnya hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata tersebut harus dituliskan serangkai: jadi antarpulau.
-> Contoh lain: amoral, purnawirawan, asusila, saptamarga, antikomunis, ultramodern, inkonvensional, nonkoperasi, multirateral, ekstrakulikuler, tunanetra, kontrarevolusi

Kesalahan berbahasa 21

ubah

Hanya usaha kita sendirilah yang dapat merubah nasib kita.
-> Kata merubah barasal dari kata ubah. Karena awalan yang melekat pada kata tersebut me-, maka bentuk yang betul tentulah mengubah. Jika awalan di- yang melekat akan menjadi diubah. Bentuk perubahan betul, sebab yang melekat pada kata tersebut awalan per- dan akhiran -an. Juga bentuk berubah, sebab yang melekat pada kata tersebut awalan ber-.

Kesalahan berbahasa 20

pelopor

Salah seorang yang mempelopori berdirtinya koperasi di desa ini ialah bapak saya.
-> Yang betul memelopori. Kata tersebut berasal dari kata dasar pelopor. Karena awalan me yang melekat padanya, maka bunyi p-nya luluh; dan menjadi memelopori.

Kesalahan berbahasa 19

menunggu - menanti

Sementara dia berpakainan, saya menunggunya di luar.
-> Pemakaian kata menunggu pada kalimat di atas tidak tepat. Kata menunggu, barulah tepat digunakan apabila yang ditunggu ada di dekat orang yang ditunggu.
-> Misalnya: Sudah dua hari ini ia menunggu ayahnya yang sedang dirawat di rumah sakit.
-> Untuk kalimat di atas, yang tepat harus digunakan kata menanti. Jadi, seharusnya kalimat di atas diubah menjadi: Sementara dia berpakaian, saya menanti di luar.

Kesalahan berbahasa 18

dari - oleh

Berita duka ini dikirim dari Saudara Darwis, Jalan Bima 5 Semarang
-> Kata depan yang seharusnya mengikuti kata dikirimkan mestinya bukan dari, melainkan oleh.
-> Jadi mestinya kalimat tersebut berbunyi demikian:
Berita duka ini dikirimkan oleh Saudara Darwis.... atau dapat juga dikatakan demikian:
Berita duka ini dari Saudara Darwis ....

Kesalahan berbahasa 17

datang ke

Harap segera datang ke semarang.
-> Kata depan yang paling dekat mengikuti kata datang ialah di. Apabila kita ingin menggunakan ke, kata datang tidak usah kita pakai.
-> Jadi cukup kita katakan: Harap segera ke Semarang.

Kesalahan berbahasa 16

ditujukan untuk

Lagu ini ditujukan untuk seseorang di Jalan Nangka.
-> Yang tepat ditujukan kepada, bukan ditujukan untuk.

Kesalahan berbahasa 15

waktu dan tempat saya persilakan

Waktu dan tempat saya persilakan.
->Kalimat ini sering sekali dipakai orang, padahal kalimat tersebut salah. Siapa yang biasannya dipersilakan? Jawabannya tentu saja bukan waktu dan tempat, melainkan orangnya. Karena itu, mestinya kalimat tersebut kita ubah:
-> Bapak atau Saudara............saya persilakan.(isilah titik-titik tersebut dengan nama orang atau pejabat yang akan memberi sambutan)

Kesalahan berbahasa 14

semua - seluruh - segala

Semua bangsa Indonesia harus mengamalkan Pancasila.
-> Kata semua menunjuk perngertian jamak yang terdiri atas barang-barang atau benda yang sama. Karena itu, penggunaan kata semua pada kalimat tersebut tidak tepat. Yang tepat untuk maksud seperti tertera pada kalimat itu ialah kata seluruh/segenap.
-> Jadi, kalimat tersebut harus kita katakan begini: Seluruh (segenap) bangsa Indonesia harus mengamalkan Pancasila.
Contoh penggunaan semua:
1) Semua rumah di desa itu dikapur
2) Semua buku itu pernah saya baca

Contoh penggunaan seluruh:
1) Peristiwa itu diperingati oleh seluruh bangsa indonesia
2) Seluruh pengunjung pasar malam itu merasa puas.

Contoh penggunaan segala:
1) Maafkanlah segala kesalahan saya
2) Segala macam barang ada di toko itu.

Kesalahan berbahasa 13

berhubung

Berhubung pergi ke Jakarta, hari ini ia tidak dapat datang.
-> Kata berhubung seharusnya diikuti oleh kata depan dengan.
-> Jadi, kalimat itu seharusnya kita ubah demikian. Berhubung dengan kepergiannya ke Jakarta, hari ini ia tidak dapat datang.

Kesalahan berbahasa 12

bersama ini

Bersama ini saya beritahukan, bahwa ....
-> Bentuk seperti ini sering sekali dipakai orang. Kata bersama mengandung pengertian ada yang membarengi.
Misalnya: Bersama ini saya kirimkan uang Rp.5000,00
Maksud kalimat di atas, disamping surat pada waktu itu dikirimkan uang juga.
Untuk maksud seperti tersebut pada kalimat di atas, seharusnya kita katakan: Dengan ini saya beritahukan ....

Kesalahan berbahasa 11

selain daripada

Selain daripada itu saya kabarkan pula ....
-> Kalimat tersebut merupakan bentuk rancu dari kalimat.
Lain daripada itu .... dan selain itu ....
-> Jadi, untuk menggantikan kalimat di atas dapat dipilih salah satu dari kedua bentuk tersebut.

Kesalahan berbahasa 10

untuk sementara

Untuk sementara waktu ia tinggal bersama saya.
-> Kata sementara sudah menunjukkan pengertian waktu. Arti kata sementara ialah untuk beberapa waktu. Karena itu di belakang kata sementara tidak perlu dibubuhi kata waktu. -> Dengan demikian cukup dikatakan: Untuk sementara ia tinggal bersama saya.

Kesalahan berbahasa 8

saling

Sebagai sesama manusia, kita wajib saling tolong-menolong.
-> Kata saling sudah menunjuk pengertian dilakulkan oleh dua belah pihak; sama benar dengan bentuk tolong-menolong. Maka yang betul: sebagai sesama manusia, kita wajib saling menolong; atau: sebagai sesama manusia, kita wajib tolong menolong. Bentuk yang sejenis dengan bentuk tersebut.
Saling kejar-mengejar seharusnya: saling mengejar, kejar mengejar atau berkejar-kejaran.
Saling pegang-memegang seharusnya: saling memegang, pegang-memegang atau berpegang-pegangan.
Bentuk seperti di atas, termasuk gejala pleonasme.

Kesalahan berbahasa 7

bentuk jamak

Tidak sedikit orang-orang yang tidak dapat memahami puisi.
-> Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, di belakang kata yang sudah menunjuk pengertian jamak atau banyak, tidak boleh diikuti bentuk jamak. Karena itu mestinya kalimat tersebut cukup dikatakan: tidak sedikit orang yang dapat memahami puisi.
Bentuk sejenis dengan bentuk di atas.
-para hadirin ....
-hadirin sekalian ....
-daftar para mahasiswa ....
-rombongan para olahragawan ....
-dewan gereja-gereja ....
-jawatan gedung-gedung negara
-kumpulan barang-barang bekas ....
-kaum politisi ....
Kata-kata: para, hadirin, sekalian, daftar, rombongan, dewan, jawatan, kumpulan, kaum, dan politisi sudah mengandung atau menunjuk pengertian jamak. Karena itu tidak boleh dipakai bersama-sama, atau digunakan dengan bentuk perulangan.

Kesalahan berbahasa 6

dan lain sebagainnya

Kami menerima pesan mencetakan kartu nama, surat undangan, ijazah dan lain sebagainnya.
-> Kata dan lain sebagainnya merupkan bentuk rancu dari kata dan sebagainnya, dan lain-lain. Karena itu dalam sebuah kalimat cukup dipakai satu saja.

Kesalahan berbahasa 5

penghormatan

Atas kerawuhan Bapak-bapak, saya haturkan terima kasih.
-> Maksud pembuat kalimat tersebut untuk menghormat lawan bicara. Tetapi tidak disadarinya, bahwa kalimat yang dibuatnya tersebut bukanlah kalimat bahasa Indonesia. Salah satu sifat bahasa Indonesia ialah demokratis; karenanya tidak dikenal kata-kata khusus untuk golongan-golongan tertentu seperti bahasa Jawa. Sudah cukup hormat dan betul, jika dikatakan: atas kedatangan Bapak-bapak, saya ucapkan terima kasih.
Beberapa kata hormat dari bahasa Jawa yang sering dipakai orang antara lain: kondur, dahar, jumeneng, tindak, dan tapak asma. Kata-kata tersebut sehsarusnya kita ganti: pulang, makan, berdiri, pergi, dan tanda tangan.

Kesalahan berbahasa 4

menyingkat waktu

Untuk menyingkat waktu, marilah kita mulai acara ini.
->Waktu tidak dapat dipersingkat; karena itu kalimat tersebut salah. Yang betul:
Untuk menghemat waktu, marilah kita mulai acara ini.

Kesalahan berbahasa 3

atas perhatiannya

Atas perhatiannya, saya ucapkan terimakasih.
-> Menurut maksudnya, kalimat tersebut ditujukan kepada seseorang yang kita ajak berbicara.
-> Karena itu yang betul mestinya: Atas perhatiaan Saudara, saya ucapkan terima kasih.

Kesalahan berbahasa 2

sebelum dan sesudahnya

Sebelum dan sesudahnya, saya sampaikan terima kasih.
-> Kalimat tersebut tidak jelas maksudnya, sebelum dan sesudah apa?
-> Yang betul mestinya: terlebih dulu saya sampaikan terima kasih.
-> Atau: sebelumnya aya sampaikan terima kasih.

Kesalahan berbahasa 1

kata ganti orang

Penghayatanmu atas sajak yang telah dihafalkan itu hilang.
-> Dengan melihat kata penghayatanmu, tentunya kalimat tersebut ditunjukkan kepada orang kedua atau lawan berbicara. Karena itu kata kerja berikutnya, mestinya bukan dihafalkan, melainkan kauhafalkan.
-> Jadi, seharusnya kalimat tersebut diubah: penghayatanmu atas sajak yang telah kauhafalkan itu akan hilang.
-> Jika pelakunya orang ketiga, harus dikatakan: penghayatan atas sajak yang telah dihafalkan itu akan hilang.

Problematika pengajaran bahasa bahasa Indonesia

Negara Indonesia terdiri dari berbagai suku yang tinggal di beberapa pulau. Negara Indonesia memiliki bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat penting kedudukannya dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, Bahasa Indonesia diajarkan sejak kelas 1. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang dijadikan status sebagai bahasa persatuan sangat penting untuk diajarkan sejak anak-anak.
Metode pengajaran bahasa Indonesia tidak dapat menggunakan satu metode karena bahasa Indonesia sendiri yang bersifat dinamis. Bahasa sendiri bukan sebagai ilmu tetapi sebagai keterampilan sehingga penggunaan metode yang tepat perlu dilakukan. Pencarian penulis di beberapa artikel baik melalui internet mapun perpustakaan daerah belum banyak ditemukan hasil-hasil penelitian metode terbaik pengajaran bahasa Indonesia. Pengajar Bahasa memiliki suatu kewajiban untuk mempertahankan keberadaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sekaligus memperjuangkan Bahasa Indonesia dapat diterima dan membuat tertarik bangsa lain untuk mempelajarinya.
Di abad ini sumber-sumber informasi telah berkembang pesat di luar sekolah dengan cara yang begitu menarik dan ketika memasuki sekolah siswa sudah memiliki kekayaan informasi itu. Pesan-pesan media yang dikemas dalam bentuk hiburan, iklan, atau berita sungguh menarik para siswa dan ini bertolak belakang dengan pesan-pesan yang dikemas para guru dalam pembelajaran di kelas. (Republika, 2004). Pada pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar / madrasah ibtidaiyah sangat mengandalkan penggunaan metode-metode yang aplikatif dan menarik. Pembelajaran yang menarik akan memikat anak-anak untuk terus dan betah mempelajari Bahasa Indonesia sebagai bahasa ke-2 setelah bahasa ibu.
Di sebagian siswa, pembelajaran Bahasa Indonesia sangat membosankan karena mereka sudah merasa bisa dan penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa menjadi lemah dalam penangkapan materi tersebut. Penulis sebagai guru Bahasa Indonesia sangat merasakan problem pembelajaran yang terjadi selama ini. Penulis juga menemui kasus serupa ketika berada di daerah kabupaten yang terpencil sangat kurang sekali penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh sebab itu, penulis berusaha melakukan perubahan-perubahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di dalam kelas. Salah satu perubahan yang dilakukan dengan menggunakan metode role play dan metode STAD (student teams achievement division) dalam standart kompetensi berbicara dan membaca.
Setelah menemukan, siswa yang mencari tersebut berusaha untuk mengorek keterangan tentang kegemarannya dengan menggunakan pertanyaan yang sudah disediakan di kartu perannya (boleh ditambah sendiri), tetapi siswa yang diajak bicara diberi tahu supaya jangan menjawan secara langsung kegemaran dirinya. Dengan kegiatan ini, siswa saling berusaha untuk mencari dan memainkan strategi untuk mengetahui kegemaran teman bicaranya. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian. Setelah selesai melakukan kegiatan tersebut, pengajar memberikan pengarahan sekaligus bertanya jawab tentang kegiatan yang sudah dilakukan. Siswa yang dapat mengetahui kegemaran lawan bicaranya diberi penghargaan. Dalam pembelajaran membaca dapat memakai metode STAD sebagai kegiatan memacu anak-anak memahami bacaan dengan cara diskusi kelompok.
Dalam metode ini, siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Saat belajar berkelompok, siswa saling membantu untuk menuntaskan materi yang dipelajari. Guru memantau dan mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan siswa yang memerlukan bantuan guru. Metode ini pun dibantu oleh metode pelatihan, penugasan, dan tanya jawab sesuai satuan pelajaran sehingga ketuntasan materi dapat terwujud (Her World Indonesia edisi Maret 2005, halaman 190 – 1).
Pada saat siswa bekerja dalam tim, guru berkeliling dalam kelas, sambil memberikan pujian kepada tim yang bekerja baik dan secara bergantian guru duduk bersama tim untuk memperhatikan bagaimana anggota-anggota tim itu bekerja h. Memberikan penekanan kepada siswa bahwa mereka tidak boleh mengakhiri kegiatan belajar sampai dapat menjawab dengan benar soal-soal kuis yang ditanyakan. Hasil kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode STAD didapatkan nilai rata-rata 8,31, daya serap 80,31, dan kategori bekerhasilan 70 - 95 persen.
Pengajar meminimalkan memmberikan instruksi atau penjelasan kepada siswa, biarkan tiap kelompok mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah yang ada di LKS. Setelah itu, di akhir pelajaran tiap kelompok melakukan diskusi tentang hasil kerja kelompoknya dengan kelompok lainnya dengan bimbingan pengajar. Semoga tulisan ini menjadi sebuah wacana baru bagi pengajaran Bahasa Indonesia yang bagi sebagaian siswa merupakan pelajaran yang sangat membosankan. Tulisan ini bukan sebagai akhir dari sebuah pencarian metode pembelajaran yang terbaik guna meningkatkan kualitas siswa. Manusia tanpa cinta bagai pohon yang tidak berbuah, guru tanpa belajar bagai rumah tanpa tiang.

Problematika bahasa Indonesia pada generasi muda

Bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat strategis dalam konteks Negara Kesatuan RI. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang diikrarkan pemuda 28 Oktober 1928. Kemudian secara politis Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa Negara/bahasa nasional dalam UUD, 18 1945. Sejak saat itulah bahasa Indonesia berdiri di tempat tertinggi di negeri ini. Namun di tempat berdirinya itu bahasa kita “menangis”. Berbagai persoalan menimpa bahasa Indonesia.

Beberapa masalah yang belum juga menemukan penyelesaiannya adalah sebagai berikut.
Kaidah bahasa Indonesia (KBBI, EYD, TBBBI) lambat diupdate, sehingga banyak teori bahasa Indonesia yang kurang lengkap dan tidak konsisten.
Sebagai buntut poin a, bahasa Indonesia sering dirasa kurang populer atau kurang tepat digunakan dalam teknologi informasi, susah menemukan padanan kata yang tepat.
Kurang perhatian pemerintah dalam penegakkan kaidah bahasa Indonesia, pengembangan, dan pendidikan bahasa.
Tersisihkan karena faktor budaya, masuknya bahasa asing dan bahasa daerah yang tidak terkendali.
Faktor lainnya dari dalam bahasa itu sendiri, maupun dari luar.

Seperti dikatakan dalam pembuka di atas, bahasa Indonesia itu suram. Setidaknya hal ini berlaku bagi mereka yang menganggap belajar bahasa Indonesia itu kurang prospektif, dan bagi mereka yang ‘belajar’ dengan setengah hati. Inilah salah satu problem utama bahasa Indonesia, yaitu kurang diminati dan dicintai oleh pemiliknya sendiri terutama generasi muda.

Akibatnya, bahasa Indonesia hanya menjadi syarat formal kelulusan dan tidak juga digunakan secara konsisten dalam situasi formal. Tanyakan pada diri Anda sendiri, berapa persen bahasa Indonesia digunakan dalam kehidupan Anda? Sebagai syarat formal pendidikan di berbagai jenjang, bahasa Indonesia hanya menjadi teori-teori yang kurang aplikatif juga. Pertanyaan selanjutnya, berapa persen teori-teori bahasa digunakan dalam kehidupan Anda?

Fungsi bahasa Indonesia

Tahukah Kamu Kegunaan Bahasa Indonesia?

Kamu tidak akan merasa terasing jika berada di sebuah daerah. Misalnya, kamu berada di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, atau Papua. Kamu tidak perlu khawatir tidak bisa bercakap-cakap. Bahasa Indonesia menjadi jembatan untuk berkomunikasi tanpa mengenal suku atau daerah.
Tahukah Kamu Mengapa Kamu Harus Menguasai Bahasa

Indonesia?
Hampir semua informasi disampaikan dalam bahasa Indonesia. Orang

yang tidak menguasai bahasa Indonesia akan jauh tertinggal. Dari TK sampai perguruan tinggi, ilmu disampaikan dengan bahasa Indonesia. Begitu pula sumber bacaan lain, lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia.

Tahukah Kamu Kelebihan yang Diperoleh Jika Mahir Berbahasa Indonesia?
Belajar bahasa berkaitan dengan kegiatan mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis. Banyak orang sukses karena menguasai empat keterampilan berbahasa itu. Contohnya, wartawan, penerjemah, presenter, penyiar, pendongeng, dan komentator. Mereka bekerja dengan mengandalkan kemahiran berbahasa.

bahasa Indonesia SMA

Selamat datang di pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA Negeri 8 Yogyakarta. Semoga menjadi inspirasi dan semangat bagi Anda.